SYAIR ARAB : CINTA DUNIA DAN MEMBUANG WAKTU

Pada Syi’ir Arab Cinta Dunia dan Membuang Waktu di bawah penyair bermaksud mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu. Dua hal baru yang merusak maksudnya adalah siang dan malam. Waktu terus bergulir, siang dan malam datang silih berganti, namun kita hanya melewatinya dengan bermain-main dan terlena dengan kemegahan dunia.

أَمَاتَرَىكَيْفَيبُلِيْنَاالجَدِيْدَانِ              وَنَحْنُنلَعَبُفِيْسِرٍّوَ إِعْلاَنِ

لاَ تَرْكَنَنَّ إِلَى الدُّنْيَا وَزُخْرُفَهَا                فَإِنَّ أَوْطَانهَا لَيْسَتْ بَأَوْطَانِ

وَاعْمَلْ لِنَفْسِكَ مِنْ قَبْلِ الْمَمَاتِ           فَلا تَغْرُرْكَ كَثْرَةُ أَصْحَابٍ وَإِخْوَانِ

Tidakkah kau lihat bagaimana dua hal baru yang merusak kita, dan kita hanya bermain-main di waktu sembunyi dan terang-terangan
Janganlah kamu cenderung terhadap dunia dan kemegahannya, karena tempat dunia bukanlah tempat tinggal sebenarnya
Beramal lah semaumu sebelum mati, dan jangan sampai banyaknya sahabat dan saudara menipumu

Apa yang dimaksud dengan dunia?. Dunia yang dimaksud adalah segala hal yang membuat kita lupa kepada Allah, lupa akan adanya hari perhitungan amal. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim disebutkan bahwa banyak sekali amal-amal yang tampak seperti amal duniawi yang menjadi amal akhirat karena niat yang baik dan banyak sekali amal-amal yang terlihat seperti amal akhirat tapi menjadi amal duniawi karena niat yang buruk. Artinya kunci utama untuk orang awam seperti saya untuk menghindari penyakit cinta dunia adalah selalu menjaga dan memperbaharui niat. Kalau digambarkan dengan sebuah ilustrasi misalnya ada seorang pemuda yang sedang shalat zhuhur, tiba-tiba di tengah-tengah shalatnya datang seseorang yang dia hormati atau dia segani, mungkin gurunya, seorang yang alim atau calon mertuanya barangkali. Seketika itu si pemuda membaguskan shalatnya, tidak seperti ia shalat saat sendirian, ruku dan sujudnya jadi lebih lama, gerakannya jadi lebih disempurnakan dan seterusnya. Nah, inilah amal yang kelihatannya amal akhirat tapi karena niatnya berubah karena riya (ingin amalnya dilihat orang lain) dan ingin mendapat pujian, maka amalnya bukan menjadi akhirat lagi, tapi amal dunia yang tidak ada akan ada harganya di hadapan Allah.

Contoh lain misalnya kita memakai baju, jika niatnya untuk menutup aurat maka akan sangat berharga dan memiliki nilai ibadah di hadapan Allah. Membeli mobil dengan niat bukan untuk pamer melainkan untuk digunakan keperluan yang penting, misalnya untuk usaha atau sebagai kendaraan untuk memudahkan berangkat ke tempat kerja, mencari nafkah untuk keluarga. Atau mempunyai rumah yang besar agar kita dan keluarga merasa nyaman dan aman, lebih tenang dalam menjalankan ibadah atau kita makan enak agar kuat dan mampu untuk bekerja dan beribadah menjalankan berbagai kewajiban. Maka amal-amal yang kelihatannya duniawi ini menjadi amal ukhrawi atau amal yang memiliki nilai ibadah di hadapan Allah.

Oleh karena itu kita perlu menyadari betapa pentingnya niat. Niat bisa merubah nilai amal yang kita kerjakan di hadapan Allah. Pantas saja sebagian Imam Ahli Hadits menempatkan hadits tentang niat ini di bagian pertama dalam kitab-kitab haditsnya. Karena memang sangat penting sekali kedudukan niat ini.

Inilah awal yang penting untuk belajar menjauhkan diri dari penyakit cinta dunia. Setiap akan melangkah, setiap akan melakukan apapun hendaknya kita tanya pada diri kita sendiri apa niat kita melakukannya, apakah baik di hadapan Allah atau sebaliknya, apakah membuat kita melupakan Allah ataukah membuat kita semakin dekat dengan-Nya. Untuk selanjutnya tentu kita bisa belajar lebih dalam lagi, yaitu menerapkan sifat zuhud dalam hati kita, karena hanya zuhudlah yang menjadi lawan utama bagi penyakit cinta dunia. Namun pembahan tentang zuhud tidak akan dibahas disini.

Mari kita sama-sama belajar untuk selalu beramal dengan niat yang baik. Semoga kita semakin dekat dengan Allah dan tidak terjangkit penyakit cinta dunia, pangkal dan sumber dari segala penyakit hati.

Rasulullah bersabda, “Hampir saja kaum kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Bahkan kalian waktu itu sangat banyak, tetapi kalian seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuh terhadap kalian serta menjangkitkan penyakit wahn dalam hati kalian.” seorang sahabat bertanya lagi, “Apa wahn itu?” Beliau saw menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)

Bersambung ke Syair Arab : Cinta Dunia Dan Membuang Waktu (Bagian kedua)

loading...